REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dampak media sosial makin terasa di lingkungan perusahaan. Kegiatan pekerja di sosial media bisa dianggap mewakili kepribadian si karyawan. Namun, siapa yang bisa menjamin hal tersebut benar?
Dikutip dari The Wall Street Journal (WSJ), Selasa (13/5), menyebutkan bahwa kasus ini telah menjadi perdebatan di lingkungan pekerjaan. Laporan Gartner.Incmenunjukkan pada tahun 2012 sebanyak 60 persen korporasi telah mempunyai akses memonitor aktivitas maya karyawannya.
Termasuk dari yang dimonitor adalah waktu mengunduh media sosial, yang seringnya dikerjakan ketika jam kerja. Perekrut juga banyak menggunakan sistem ini untuk menyeleksi calon karyawan.
Sementera itu, survei CareerBuilder.com tahun 2013 menujukkan bahwa 39 persen pengusaha mencari kandidat lewat media sosial. Lalu 43 persen mengatakan bahwa mereka menemukan perilaku tidak menyenangkan-seperti memaki bos di sosial media karyawan.
Dikutip dari The Wall Street Journal (WSJ), Selasa (13/5), menyebutkan bahwa kasus ini telah menjadi perdebatan di lingkungan pekerjaan. Laporan Gartner.Incmenunjukkan pada tahun 2012 sebanyak 60 persen korporasi telah mempunyai akses memonitor aktivitas maya karyawannya.
Termasuk dari yang dimonitor adalah waktu mengunduh media sosial, yang seringnya dikerjakan ketika jam kerja. Perekrut juga banyak menggunakan sistem ini untuk menyeleksi calon karyawan.
Sementera itu, survei CareerBuilder.com tahun 2013 menujukkan bahwa 39 persen pengusaha mencari kandidat lewat media sosial. Lalu 43 persen mengatakan bahwa mereka menemukan perilaku tidak menyenangkan-seperti memaki bos di sosial media karyawan.
Hasil survei lain menunjukkan bahwa 19 persen perusahaan mengaku mencuri informasi tentang kandidat incaran lewat media sosial.
Sumber : berita.plasa.msn.com
0 komentar:
Posting Komentar